Hidup Ini Singkat – Menurut Pandangan Agama Budha

16 Aug, 2018 | Kategori : Agama
b2

Dalam Anguttara Nikaya (VII, 70), Sutta Pitaka, Buddha mengatakan kepada para bhikkhu:

“Dahulu kala, hiduplah seorang guru agama bernama Araka, yang bebas dari nafsu indera. Araka mempunyai beratus-ratus murid. Inilah doktrin yang diajarkan oleh Araka kepada murid-muridnya:

“Sungguh pendek kehidupan manusia, para brahmana, sungguh terbatas dan singkat. Kehidupan ini penuh dengan penderitaan, penuh dengan pusaran. Hal ini harus dipahami dengan bijaksana. Orang harus melakukan hal yang baik dan menjalani kehidupan yang murni. Tak seorang pun yang pernah terlahir dapat lolos dari kematian.””

Buddha kemudian melanjutkan:

“Tetapi pada saat itu, masa hidup manusia adalah 60.000 tahun dan pada usia 500 tahun gadis-gadis dapat dinikahkan. Pada zaman itu jenis penyakit yang dimiliki orang hanya ada enam, yaitu kedinginan, kepanasan, kelaparan, kehausan, kotoran, dan kencing.

Walaupun orang-orang hidup amat lama dan memiliki amat sedikit penderitaan, Araka memberikan ajaran seperti itu kepada para muridnya: “SUNGGUH PENDEK KEHIDUPAN MANUSIA…….””

b1

Bayangkan di jaman Araka, usia manusia begitu panjang. Jenis penyakit hanya ada enam. Itu pun sebenarnya tidak bisa dikatakan penyakit karena hanyalah kondisi alamiah manusia.

Diyakini untuk setiap abad yang berlalu, usia rata-rata manusia berkurang satu tahun dari usia rata-rata manusia di zaman Buddha Gotama. Saat ini sudah sekitar 26 abad sejak Buddha Gotama parinibbana. Usia rata-rata manusia di zaman Buddha Gotama adalah 100 tahun. Berarti usia rata-rata manusia di zaman sekarang ini adalah 74 tahun. Tentu SANGAT AMAT PENDEK dibanding usia rata-rata manusia di zaman kehidupan Araka.

Kurangkan 74 tahun dengan usia kita saat ini maka itulah perkiraan terbaik sisa waktu kita di kehidupan ini. Tersisa SANGAT SEDIKIT waktu kita untuk berbuat baik dan memurnikan kehidupan ini! Apalagi jika sisa waktu yang ada harus dikurangi dengan periode kita sakit sehingga tidak bisa berbuat baik. Alhasil waktu yang tersisa TERAMAT SANGAT AMAT PENDEK!!!

Masihkah kita membuang-buang waktu percuma tanpa berupaya mengisinya dengan perbuatan baik? Masihkah kita menunda melakukan perbuatan baik?

Ingatlah perbuatan baik bisa dilakukan dengan menjaga pikiran yang baik, berucap yang baik, dan berlaku yang baik. Berbuat baik janganlah menunggu kesempatan yang besar (kakap). Kesempatan berbuat baik dengan skala sedang atau kecil sekali pun, ambillah.

b3

Jika kesempatan berbuat baik tidak tersedia, kita lah yang harus membuatnya. Sebagai contoh, di tempat kita berkebaktian rutin, tidak ada yang menawarkan kita untuk memimpin puja bakti. Kita lah yang membuat kesempatan berbuat baik dengan menawarkan diri kepada pengurus untuk memimpin puja bakti. Tentu saja jika belum terbiasa harus berlatih terlebih dahulu supaya lancar. Ada banyak lagi contoh perbuatan baik kecil yang bisa teramulasi menjadi besar atau banyak jika dilakukan rutin.

Ingatlah ucapan Buddha sesuai Dhammapada syair 122:

“Jangan meremehkan kebajikan (meski pun kecil) dengan berkata, “Itu tak akan berakibat apa-apa bagiku.” Seperti tempayan akan penuh oleh air yang jatuh menetes, begitu pula orang bijaksana memenuhi dirinya sedikit demi sedikit dengan kebajikan.”

Selamat memanfaatkan sisa waktu di kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kereta kehidupan terus bergerak menuju stasiun terakhir. Jangan biarkan penyesalan timbul di ujung usia.

 

Dikutip dari : http://tisarana.net/artikel/hidup-ini-singkat-menurut-pandangan-agama-buddha/