- Thailand. Menyambut Tahun Baru, Buddhis Thailand menggelar pelantunan paritta massal pada malam Tahun Baru. Tradisi indah ini sudah dimulai sejak tahun 2005 dan telah dikampanyekan secara luas oleh pemerintah Thailand untuk menggantikan tradisi pesta dan minum minuman keras saat Tahun Baru.Setelah perayaan pada malam Tahun Baru, banyak Buddhis Thailand juga bangun pagi untuk melakukan jasa kebajikan di vihara-vihara setempat, dengan memberikan dana makanan kepada para bhikkhu yang melakukan pindapata yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah di setiap provinsi.Vihara-vihara besar seperti Maha Vihara Phra Pathommachedi Ratcha Wora (Wat Phra Pathommachedi Ratcha Wora Maha Wihan) di Provinsi Nakhon Pathom penuh dengan warga yang datang pagi-pagi untuk melakukan jasa kebajikan dan berharap berkah Tahun Baru.Di salah satu desa etnis Karen yang paling terpencil, di distrik Nong Ya Plong di Provinsi Phetchaburi, pemerintah setempat juga menggelar pindapata untuk memberi kesempatan kepada lebih dari 500 warga etnis Karen dan suku pegunungan lainnya untuk melakukan jasa kebajikan.
- Sri Lanka. Warga Buddhis di Kolombo menyambut Tahun Baru dengan mengunjungi Vihara Gangaramaya yang merupakan salah satu vihara terpenting di Kolombo. Mereka melakukan puja, membaca paritta dan mempersembahkan bunga serta mengajukan harapan Tahun Baru.hari pertama tahun baru juga merupakan hari yang istimewa bagi warga Buddhis Sri Lanka karena bertepatan dengan peringatan Hari Duruthu Poya (Puja Duruthu). Bagi Buddhis Sri Lanka, Hari Duruthu Poya dipercaya sebagai hari saat Sri Buddha berkunjung untuk pertama kalinya ke Sri Lanka, tepat saat bulan Purnama di bulan Januari.Kisah kunjungan Sri Buddha ke Sri Lanka termuat dalam Kitab Mahavamsa (Kronik Besar), sebuah catatan kuno legenda dan sejarah Sri Lanka. Disebutkan dalam kitab tersebut, peristiwa itu berlangsung setelah sembilan bulan dari Pencerahan Agung Sri Buddha dan kedatangannya bertujuan untuk memulihkan perdamaian dan menghilangkan perang dan kekerasan di Mahiyangana.
- Jepang. Warga Buddhis Jepang melakukan tradisi joya no kane yaitu tradisi membunyikan genta vihara sebanyak 108 kali tepat tengah malam. Secara tradisi, suara genta tersebut merupakan proses meninggalkan keinginan duniawi umat manusia yang telah terakumulasi sepanjang tahun. Tradisi ini dilakukan di seluruh vihara di Jepang.Di antara tempat yang menyelenggarakan tradisi ini adalah Vihara San’en-zan Z?j? (Zojo-ji) dan Vihara Honsen (Hosen-ji) di Tokyo. Para bhiksu, pejabat bahkan turis mancanegara bergantian memukul genta raksasa dengan pilar kayu raksasa untuk menyambut Tahun baru.
- Korea Selatan. Buddhis di Seoul mengunjungi vihara-vihara terutama Vihara Jogye (Jogyesa) yang merupakan vihara dari Nikaya (Ordo) Jogye, tradisi Agama Buddha mayoritas di Korea Selatan. Mereka menyalakan lilin dan melakukan puja serta menyampaikan harap baik mereka untuk Tahun Baru yang akan dijalani. Di depan aula puja Vihara Jogye sendiri di hiasi dengan lentera warna-warni untuk menyambut Tahun Baru.
- Tiongkok. Warga Buddhis Shanghai juga melakukan tradisi membunyikan genta baik di Vihara Yùfó Chán maupun di Vihara Longhua di Distrik Xuhui. Sebuah genta perunggu di vihara tersebut dipukul 108 kali yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai simbol menghilangkan duka dan derita. Para pengunjung di sekitar vihara juga melakukan aktivitas lain seperti makan mie, menyaksikan pertunjukan budaya rakyat dan menulis keinginan mereka untuk tahun baru di dinding, serta mengucapkan harapan sukses mereka di tahun baru ini.
Dikutip dari : https://berita.bhagavant.com/2018/01/01/apa-yang-dilakukan-buddhis-dunia-sambut-tahun-baru-2018.html