Ibu, Orang Pertama dan Utama Penentu Masa Depan Anak

17 Oct, 2017 | Kategori : KeluargaPendidikan
Untitled-1

Pembentukan generasi cemerlang suatu bangsa sangat tergantung pada Ibu. Untuk mencapai tujuan ini, maka ada dua tugas utama seorang ibu yaitu memberi asupan gizi dan mendidik anaknya. Dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 233 dikatakan, “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” Selanjutnya dalam surah Al Ahqaaf ayat 15 dinyatakan, “Ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”.

Membaca makna dari ayat tersebut, maka kita semua mengetahui dan sangat meyakini jika Ibu adalah orang pertama dan memiliki peran yang utama dalam menentukan keberhasilan dan masa depan seorang anak. Sebuah keluarga yang menginginkan perbaikan gizi bagi anaknya sangat tergantung pada ibu dan itu dimulai sejak janin masih dalam kandungan sampai bayi tersebut dilahirkan dan disusui oleh ibunya selama dua tahun hingga tiba masanya untuk disapih. Artinya ada waktu selama tiga puluh bulan pertama kehidupan seorang anak yang sangat tergantung dari Ibunya. Ibu yang ikhlas merawat kandungannya, makan makanan bergizi selama masa kehamilannya dan memberikan air susunya kepada sang buah hati menjadi kunci terbentuknya karakter anak dan kesuksesan sang anak dimasa yang akan datang. Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan seorang anak dapat dilihat pada usia dua tahun pertama. Pada usia tersebut, kemampuan anak mengingat sesuatu adalah berada pada puncaknya. Oleh karena itu asupan gizi yang baik dan cukup akan mendukung perkembangan otaknya. Tetapi harus diingat pula, tubuh kecil tersebut masih belum mampu mengolah makanan secara berlebihan. Pemberian gizi yang berlebihan akan merusak perkembangan dan keseimbangan otaknya dalam memberikan instruksi ke jaringan tubuh.

Pertumbuhan, perkembangan dan pembentukan karakter serta kecerdasan seorang anak sangat ditentukan oleh asupan gizi yang dikonsumsinya, yang diberikan oleh ibunya. Asupan gizi pertama berasal dari air susu ibu (ASI). Seorang pakar gizi, Roesli mengatakan bahwa ASI merupakan emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam anorganik yang sangat dibutuhkaan seorang bayi. Peneliti gizi yang lain yaitu Perinasia menyatakan bahwa dalam ASI terkandung zat makanan yang lengkap (karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan kartinin, yang sangat dibutuhkan tubuh untuk proses pembentukan energi, serta antibodi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, kembang serta menahan serangan infeksi bibit penyakit. ASI sangat cocok untuk bayi karena tidak ada bayi yang alergi terhadap ASI. Pemberian ASI pun sangat mudah karena tidak perlu dipanaskan atau didinginkan, temperatus ASI sudah sangat sesuai dengan suhu tubuh bayi. ASI tidak terkontaminasi dengan bibit penyakit karena langsung diberikan dari ibu ke anaknya. Disamping itu, pemberian ASI secara langsung akan menumbuhkan kedekatan emosional ibu – anak. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi seorang ibu untuk tidak memberikan ASI pada bayinya.

Anak yang mendapat asupan gizi yang cukup dan baik maka karater yang terbentuk juga karakter yang baik. Para ulama sepakat bahwa makanan yang halal lagi baik akan menghasilkan manusia dengan karakter yang baik. Pemberian makanan yang halal lagi baik sesuai dengan ajaran Islam (QS. Al Maidah : 88) dan sesuai pula dengan instruksi dari pemerintah. Pemberian makanan halal lagi baik (bergizi) merupakan tugas utama seorang ibu.

Tugas utama kedua bagi seorang ibu untuk menghasilkan generasi cemerlang adalah mendidik anaknya. Dalam surah Al Israa ayat 24, Allah SWT menyampaikan bahwa orang tua telah mendidik kita sejak masih kecil. Pendidikan pertama seorang anak didapatkannya dari ibunya, saat janin masih dalam kandungan dan saat ibu sedang menyusui anaknya. Tutur kata dan perbuatan ibu akan dengan mudah diingat dan ditiru oleh anaknya. Dua tahun pertama usia tumbuh kembang anak nyaris dihabiskan bersama ibunya sehingga ibulah gurunya, modelnya, contohnya dan panutannya.

Oleh karena itu jika kita menjumpai anak memiliki karakter yang kurang baik, maka orang pertama yang harus kita tanyakan adalah ibunya. Kemana ibunya? Apa yang sudah dilakukan oleh ibunya? Makanan apa yang diberikan oleh ibunya? Pendidikan emosional apa yang sudah diajarkan ibunya? Begitu pula jika kita melihat seorang anak begitu hebat, maka orang yang pertama harus kita tanyakan juga adalah ibunya. Apakah Ibunya memberikan ASI secara ekslusif? Makanan apa yang selalu diberikan ibunya? Do’a apa yang selalu keluar dari ibunya dan yang dimohonkan ibunya?

Akhirnya, tiada pesan terindah untuk seorang ibu selain “ mari berbangga menjadi ibu dimana ditangannya berada nasib suatu bangsa dan negara”. Wallahu a’lam bish-shawab.

 

Oleh : Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc.agr
Anggota Luar Biasa Bhayangkari Pimstaf
PD Bhayangkari Daerah Jambi