Kesederhanaan

21 Dec, 2020 | Kategori : Agama
sederhana

Ketika kita merayakan Natal… senangkah kita? Adakah Damai? Adakah sukacita, atau masih ada hati yang diliputi kegalauan, kegelapan? Sadar atau tidak, sudah menjadi tradisi atau kebiasaan dalam merayakan Natal, kita semua pasti sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk merayakan Natal yang bersifat duniawi. Perayaan Natal kita kali ini kembali ditandai dengan hiasan indah seperti: lilin, pohon terang, bintang, kado sehingga menjadikan suasana penuh kegembiraan atau euforia bagi kita semua yang merayakannya.

Kehangatan perayaan Natal biasanya telah dirasakan jauh hari sebelum hari Natal tiba. Sejak minggu-minggu Advent, suasana Natal mulai terasa. Namun, terkadang tanpa sadar persiapanpersiapan yang meriah ini membuat Natal mulai membias dari makna yang sesungguhnya. Pada zaman pemerintahan Kaisar Agustus, lahirlah Juruselamat yang sejati di Betlehem sebagaimana nubuat dalam Kitab Mika 5:1. Peristiwa kelahiran Yesus di tempat yang sangat sederhanan dengan perlengkapan apa adanya penuh arti. Juruselamat datang dalam kesehajaan serta dalam suasana yang tenang dan teduh. Dengan demikian suasana perayaan Natal pun seharusnya penuh kesederhanaan, ada keheningan dalam hati setiap orang dan setiap keluarga untuk meresapi kasih Tuhan yang indah, bahkan kehidupan keluarga atau kita sebagai orang percaya haruslah penuh kasih dan kesederhanaan. Kesederhanaan hidup dapat memberi kesaksian tentang kebesaran Tuhan.

Suatu perayaan Natal yang dilakukan seisi sorga juga sangat sederhana, tetapi penuh makna. Sorga memilih para gembala yang sederhana untuk menjadi yang pertama mendengar kabar Natal untuk menyatakan bahwa Natal memberi penghargaan, dan penghormatan kepada semua orang termasuk yang miskin, menderita, terhina dan terpinggirkan. Bala tentara memilih padang belantara untuk mendengarkan kidungnya untuk menyatakan bahwa kemuliaan Allah telah membuat dunia yang tidak mulia menjadi terhormat; kemuliaan yang menghadirkan dan memberikan damai bagi dunia. Pertanyaan bagi kita adalah: Mengapa peristiwa besar dan penting bagi dunia ini, harus disampaikan pertama-tama kepada para gembala?

sederhana

Inilah karya keselamatan Allah dalam Yesus Kristus, yaitu diperuntukkan bagi orang berdosa, orang yang direndahkan, dan yang dipinggirkan. Yang tidak dipercayai oleh manusia, dipakai Tuhan untuk menyaksikan kabar baik, kabar damai bagi dunia. Itu berarti semua orang yang pada dirinya ada hal yang baik dan tidak baik dipakai Tuhan untuk menyaksikan karya keselamatan-Nya.

Makna inilah yang lebih perlu ditekankan dalam perayaan Natal, sehingga bukan hanya rumah yang diperindah, tetapi juga perilaku kita; bukan hanya baju baru yang disiapkan, tetapi juga hati yang rela diperbaharui; bukan hanya pohon natal yang dihiasi, tetapi seluruh kehidupan kita harus didandani dengan keindahan pikiran, perilaku dan tutur bahasa yang membangun; bukan hanya menerima tamu-tamu istimewa yang memiliki jabatan terhormat, tetapi juga mereka yang miskin dan menderita; bukan hanya mengunjungi para saudara dan sahabat, tetapi juga mereka yang membenci dan melukai kita untuk membawa damai sejahtera Ilahi; bukan hanya kue-kue dan makanan yang enak yang disiapkan, tetapi juga kenyamanan bagi semua orang; bukan hanya berbagai hadiah, tetapi berbagi penghormatan, penghargaan, cinta kasih dan kedamaian.

Lewat kisah Natal yang diceritakan secara menarik dalam Injil Lukas, kita dapat belajar satu hal yaitu, “kesederhanaan”. Lukas dalam Injilnya juga mengajak kita semua untuk kembali merenungkan makna kesederhanaan yang diceritakan melalui kehidupan Kaisar Agustus dan Yesus Kristus. Penyelamat dunia yang sejati dilahirkan tidak secara meriah diiringi dengan sorak-sorai gembira banyak orang, tetapi dilahirkan dalam kesederhanaan di Kota Betlehem ditemani dengan cahaya bintang dan hembusan angin malam. Sang Raja Damai tidak dilahirkan dengan sebuah kemenangan gemilang dalam perjalanan Maria dan Yusuf. Natal menjadi saat bagi kita untuk merasakan kesederhanaan bukan kemegahan. Itulah makna Natal yang sesungguhnya, Natal dalam kesederhanaan.Tuhan Yesus memberkati.

 

Ditulis Oleh : Pdt. Sepriana Lopo-Doga, S.Th, Pengurus Daerah Bhayangkari NTT (Pendeta GMIT di Jemaat Imanuel Tuaanak, Klasis Kupang Barat)