Pelangi Kehidupan

21 Dec, 2020 | Kategori : Agama

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaanperumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. 24:35)

Ketika membaca ayat di atas saya teringat pada pelangi yang terjadi ketika pelita/cahaya matahari ada dalam air yang bening. Ayat tersebut dalam tafsir Ibnu Katsir merupakan penjelasan atas kemurnian hati seorang Mukmin dengan lentera dari kaca yang tipis dan mengkilat, menyamakan hidayah al-Qur-an dan syari’at yang dimintanya dengan minyak zaitun yang bagus lagi jernih, bercahaya dan tegak, tidak kotor dan tidak bengkok (Buku Tafsir Ibnu Katsir hal. 436 – 440).

Warna-warni dalam pelangi juga menggambarkan suku bangsa yang ada di Tanah Air, yang saling menyempurnakan keindahan dari sebuah kesatuan. Sebuah pelangi menggambarkan sebuah kebersamaan dari suatu perbedaan.

Terdapat suatu cerita, masa ketika warna-warni dunia mulai beradu argumen, menganggap dirinya adalah yang terbaik, terpenting, paling disukai dan paling bermanfaat untuk dunia.

* HIJAU berkata: “Jelas akulah yang terpenting. Aku adalah pertanda kehidupan dan harapan. Aku dipilih untuk mewarnai rerumputan, pepohonan dan dedaunan. Tanpa aku, semua hewan akan mati. Lihatlah ke pedesaan, aku adalah warna mayoritas…”

* BIRU menginterupsi: “Kamu hanya berpikir tentang bumi, pertimbangkanlah langit dan samudera luas. Airlah yang menjadi dasar kehidupan dan yang mengambil kekuatan dari kedalaman lautan. Langit memberikan ruang dan kedamaian dan ketenangan. Tanpa kedamaian, kamu semua tidak akan menjadi apa-apa.”

* ORANYE menyusul dengan meniupkan terompetnya: “Aku adalah warna kesehatan dan kekuatan. Aku jarang, tetapi aku berharga karena aku mengisi kebutuhan kehidupan manusia. Aku membawa vitamin-vitamin terpenting. Pikirkanlah wortel, labu, jeruk, mangga dan papaya. Aku tidak ada di mana-mana setiap saat, tetapi aku mengisi lazuardi saat fajar atau saat matahari terbenam. Keindahanku begitu menakjubkan hingga tak seorangpun dari kalian akan terbetik dipikiran orang.”

* MERAH tidak bisa diam lebih lama dan berteriak: “Aku adalah Pemimpin kalian. Aku adalah darah-darah kehidupan! Aku adalah warna bahaya dan keberanian. Aku berani untuk bertempur, membawa api ke dalam darah. Tanpa aku, bumi akan kosong laksana bulan. Aku adalah warna hasrat dan cinta, mawar merah, poinsentia dan bunga poppy”.

* UNGU bangkit dan berdiri setinggi-tingginya ia mampu: Ia memang tinggi dan berbicara dengan keangkuhan. “Aku adalah warna kerajaan dan kekuasaan. Raja, Pemimpin dan para Uskup memilih aku sebagai pertanda otoritas dan kebijaksanaan. Tidak seorangpun menentangku. Mereka mendengarkan dan menuruti kehendakku.”

* Akhirnya NILA berbicara lebih pelan dari yang lainnya, namun dengan kekuatan niat yang sama: “Pikirkanlah tentang aku. Aku warna diam. Kalian jarang memperhatikan daku, namun tanpaku kalian semua menjadi dangkal. Aku merepresentasikan pemikiran dan refleksi, matahari terbenam dan kedalaman laut. Kalian membutuhkan aku untuk keseimbangan dan kontras, untuk doa dan ketentraman batin.”

Semua warna terus menyombongkan diri, masing-masing yakin akan superioritas dirinya. Perdebatan mereka menjadi semakin keras. Tiba-tiba, sinar halilintar melintas membutakan. Guruh menggelegar. Hujan mulai turun tanpa ampun. Warnawarna bersedeku bersama katakutan, berdekatan satu sama lain mencari ketenangan.

Di tengah suara gemuruh, hujan berbicara, “Warna-warna bodoh, kalian bertengkar satu sama lain ingin mendominasi yang lain. Tidakkah kalian tahu bahwa masing-masing diciptakan untuk tujuan khusus, unik dan berbeda? Berpegangan tanganlah dan mendekatlah kepadaku!” Hujan kemudian berkata: “Mulai sekarang, setiap kali hujan mengguyur, kalian akan membusurkan diri sepanjang langit bagai busur warna sebagai pengingat bahwa kalian semua dapat hidup bersama dalam kedamaian. Pelangi adalah pertanda harapan hari esok”.

Marilah kita selalu menghargai satu sama lain. Setiap orang memiliki perannya dalam kehidupan ini, setiap orang memiliki kewajiban untuk membentuk kehidupan yang lebih baik. Sesungguhnya percaya akan jalan yang diberikan Allah akan memberikan berkah bagi kita semua. “Jangan pernah lupa, untuk melihat pelangi diperlukan sebuah hujan”.

 

Ditulis Oleh : Ny. Yayah Agus Cecep, PG Bhayangkari 01 Itwasum