Kaitan antara Kejujuran,Kepercayaan dan Kebahagiaan
Apa itu Kejujuran?
Kejujuran adalah sifat baik yg berkaitan dengan sikap mental positif, terutama terkait dengan kualitas seseorang ketika ia berbicara. Secara harafiah kejujuran artinya adalah sifat jujur atau keadaan jujur. Sedangkan “jujur” artinya adalah: lurus hati, tidak bohong, atau dapat dipercaya. Jujur adalah lawan kata dari bohong, dusta atau mengada-ada. Kejujuran adalah sifat baik yg sangat selaras dengan ajaran Buddha. Agama Buddha sangat menghargai kejujuran dan sifat jujur.
Semangat kejujuran di dalam agama Buddha tertuang di dalam jalan suci “Atthangika magga“ khususnya point ke 3 yaitu : Samma Vacca : ucapan benar. Di dalam jalan suci ini, suatu ucapan dikatakan sebagai ucapan benar atau Samma Vacca jikalau: ucapan itu tidak mengandung dusta dan tipu muslihat, ucapan itu tdk mengandung fitnah, tidak mengandung energi benci, serta bebas dari kata-kata kasar dan kotor.
Semangat kejujuran, juga tertuang di dalam pancasila buddhis, kususnya di sila ke 4, yg berbunyi : Musavada Veramani Sikkhapadam Samadiyami, artinya : saya bertekad melatih diri menghindari kebohongan. Sila ini memberi pesan agar setiap kita bertekad untuk melatih diri menghindari dusta, menghindari ucapan-ucapan bohong dan menghindari ucapan yg mengandung unsur menipu.
Sila ke 4 ini juga memberi inspirasi pada kita agar membiasakan untuk berbicara dengan motivasi yg baik dan berbicara dengan energi kasih sayang sehingga setiap kata-kata yg kita ucapkan memunculkan keyakinan dan suka-cita.
Untuk apa kejujuran ?
Setiap orang sesungguhnya memiliki kapasitas untuk menebar kebaikan lewat kata-kata yg di ucapkan, dan setiap orang memiliki kapasitas untuk menjadi orang yang dapat dipercaya. Karena alasan inilah maka kejujuran di perlukan. Sesungguhnya, “kejujuran mendatangkan kepercayaan”. Banyak orang tua yang bahagia ketika melihat anak-anaknya mampu bersikap jujur dan terbuka, serta tidak suka berdusta. Karena sikap jujur itu, maka orang tua mempercayai anak-anaknya. Demikian sebaliknya, anak-anak menjadi gembira karena orang tua mau mendengar dan percaya kepada mereka. Dengan kejujuran dan kepercayaan, memungkinkan orang tua dan anak-anak sama-sama bahagia. “Kepercayaan melahirkan kebahagiaan”
Tinggalkan Dusta dan kebohongan
Setiap orang hendaknya menjaga ucapannya, agar apa yg diucapkan akan menjadi sumber berkah dan kebaikan. Pastikan bahwa pikiran kita telah bebas dari niat buruk sebelum berbicara, tinggalkan niat berdusta agar ucapan kita tidak menjadi sumber masalah dan penderitaan. Setiap orang hendaknya menyadari bahwa ucapan-ucapan yang mengandung tipu daya, kebohongan dan dusta, hanya akan menimbulkan masalah dan penderitaan. Dan, ia harus bertekad untuk menghentikannya. Tinggalkan kebiasaan bohong dan tipu daya, karena hanya akan menimbulkan banyak kecewa dan derita. Jangan jadikan korupsi menjadi tradisi, jangan jadikan pemalsuan produk sebagai profesi, jangan jadikan penebar gosip dan fitnah sebagai hobi. Dan, jangan jadikan kebiasaan berbohong dan berdusta untuk mengais rejeki.Untuk itu, setiap orang harus mengembangkan kebaikan, membangkitkan energi kejujuran, memupuk dan memelihara kepercayaan, agar nanti kita mampu menggunakan cara bijak dalam bicara. Bicara dengan energi welas asih serta tulus dan terbuka. Semoga setiap orang akan mampu menjadi orang yang dapat dipercaya, dan setiap orang akan mampu menjadi orang yang bahagia. Kita semua harus membiasakan untuk menebar kebaikan melalui ucapan. Menebar semangat melalui kata-kata dan menebar keyakinan tanpa dusta dan tipu daya.
Semoga kita bisa, semoga semua mahluk berbahagia.
Sadhu… Sadhu… Sadhu…