Ny. Anggie Rachmat, Ketua Bhayangkari Cabang Lampung Barat
Konsisten Kembangkan Kain Etnik
Nusantara di Tempat Suami Bertugas
Untuk memperingati Hari Ibu ke-91 tahun 2019 yang mengangkat tema: Perempuan Berdaya, Indonesia Maju, kami mengangkat sosok Bhayangkari yang gesit, inovatif dan bersemangat memberdayakan perajin tenun Nusantara di setiap daerah di mana suaminya ditugaskan di kepolisian. Dia adalah Ketua Bhayangkari Cabang Lampung Barat, Ny. Anggie Rachmat, istri dari AKBP Rachmat Tri Haryadi Kapolres Lampung Barat.
Ibu dua putri (Kayla Athira Putri Haryadi (14 tahun) dan Khaisa Humaira Putri Haryadi (13 tahun) ini, sejak dua bulan lalu mendampingi suaminya bertugas di Polres Lampung Barat. Perempuan kelahiran Palembang, 21 November 1978 ini langsung aktif memberdayakan perajin tenun etnik khas Lampung Barat Celugam, bekerja sama Dekranasda dan Bupati Lampung Barat.
Untuk menginovasi para perajin tenun Celugam, Anggie memberikan pelatihan membuat tas, sepatu dan ready to wear dengan aplikasi patchwork Celugam .Anggie mendorong perajin melakukan inovasi dengan mengembangkan motif tanpa harus mengurangi filosofinya. “Harapan saya ke depan aplikasi patchwork Celugam Lampung Barat semakin dikenal,” ucapnya.
Saat mendatangi tempat perajin Celugam, Anggie merasa tertantang melakukan perbaikan mutu, karena perajin yang ditemuinya membuat Celugam di kain tetoron. Menurutnya, bahan tetoron yang sedikit kasar tidak bisa dipakai untuk produk fashion. Lantas Anggie membawa bahan kain sendiri untuk dibuatkan perajin patchwork Celugam.
Anggie menyemangati perajin agar terus menggali filosofi dari motif-motif Celugam. Dia juga minta dilakukan upgrade warna motif-motif Celugam yang selama ini warna khasnya putih, hitam, oranye dan merah. “Di tahun 2020, saya mencoba mengangkat produk fashion Celugam dari Lampung Barat,” ucap Anggie bersemangat.
Menurut Anggie, agar produk fashion khas entik diterima pasar, termasuk produk fashion Celugam dari Lampung Barat, maka perajin harus mengikuti tren. Pada tahun 2020 tren fashion di luar negeri mengarah pada sustainable fashion, yakni mengarah pada ramah lingkungan. Karena itu, dalam rancangannya, Anggie menggunakan bahan pewarna alami seperti ecoprint dan memanfaatkan perca (patchwork).
“Sebagai fashion designer saya harus update dan mengikuti perkembangan di dunia fashion agar ada ide desain berikutnya,” kata perempuan yang terpilih menjadi pemeran dalam video Bhayangkari Penginspirasi 2106 berjudul Bhayangkari untuk Negeri yang diputar di XXI.
Menjadi Fashion Designer.
Bagi Anggie kain etnik Nusantara eksotis. Dia tertarik untuk mengembangkannya. Tesis untuk mendapatkan gelar S2 Magister Manajemen (MM) dari Universitas Padjajaran, Bandung, dia menulis tentang pemasaran kain Besurek Bengkulu. Saat itu, dia mengikuti tugas suami di Bengkulu sebagai Kasat Lantas Polres Rejang Lebong, Polda Bengkulu dan Kasat Lantas Polrestra Bengkulu.
Saat suaminya menjadi Wakapolres Sintang, Polda Kalbar, Anggie mengunjungi para perajin yang tinggal di kaki Bukit Kelam, Kabupaten Sintang. Di perkampungan Suku Dayak itu perempuannya bekerja sebagai perajin tenun. Dia mendatangi sebuah rumah panjang yang berisikan 40 keluarga yang kerjanya menenun.
Anggie berbincang-bincang akrab, menanyakan kemana mereka memasarkan kain tenunnya. Ternyata para penenun hanya menggunakan kain tenun itu saat pesta adat dan pernikahan. Saat itu Anggie berpikir, bagaimana kain tenun bisa cepat terjual bila hanya dipakai saat acara adat dan pernikahan saja.
Anggie lalu menawarkan untuk membeli kain tenun adat mereka dan mencoba inovasi konsep yang berbeda. Oleh Anggie, kain tenun itu diinovasi menjadi produk fashion ready to wear, bahannya dikombinasikan dengan kain modern seperti denim, jeans dan corduroy.
“Dengan bertemu para penenun, saya menjadi tahu mereka membuat satu lembar kain selama 2 – 3 bulan. Saya tergerak untuk mengangkat perekonomian mereka dengan membuat desain-desain yang bisa diterima pasar, kain khas etnik itu digunakan saat santai untuk semua kalangan,” ucap Anggie yang bernama lengkap Anggraini Husmiati, SE, MM ini.
Anggie merasa beruntung karena Ketua Bhayangkari Daerah Kalimantan Barat saat itu, Ibu Niken Arif Sulistyanto meminta Anggie untuk mendesain busana untuk lomba fashion etnik Kalimantan Barat. Saat itu, Anggie menjadi juara umum lomba Muslim Fashion Ethnic Kalimantan Barat 2014. Di ajang tersebut, dia bertemu fashion designer senior Buyung Raizal Rais.
Kemudian, Buyung mengajaknya mengikuti audiensi kain etnik Kalbar dengan konsep desain ready to wear bersama istri Menteri Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Bintang Puspayoga pada tahun 2015. Saat audiensi itu Anggie bertemu desainer senior lainnya, seperti Samuel Wattimena.
Anggie sempat bingung akan menyampaikan apa di hadapan istri Menteri karena merasa belum memiliki pengalaman. Akhirnya dia menceritakan kondisi para perajin yang tinggal di perbatasan Kalimantan Barat. Di Kabupaten Kapuas Hulu, untuk mencapai Pontianak, ibukota Kalimantan Barat membutuhkan waktu 14 jam, sementara dengan Lubok Antu, Serawak, Malaysia hanya memakan waktu 1,5 jam.
Sulitnya akses, minimnya sarana dan prasarana membuat para perajin di daerah perbatasan Kalbar kesulitan mendapatkan bahan baku, seperti benang. Mereka juga sulit menjual produk kain khas Kalbar. “Akhirnya, Ibu Menteri mem-follow up dan akan mendirikan kantung-kantung UKMN di perbatasan untuk menyuplai bahan baku bagi penenun dan membeli produk mereka,” ucap Anggie senang.
Anggie juga mendapatkan apresiasi dari istri Menteri UMKM untuk tampil pada ajang pembukaan SMESCO tahun 2015. Di hadapan Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Jokowi, Anggie memulai kiprah pertamanya di dunia fashion. Saat itu dia membawa rancangan kain Sidan Suku Dayak Kapuas Hulu. “Ini menjadi tonggak sejarah terjunnya saya di dunia fashion,” ucap Anggie bangga.
Punya Dua Label Fashion.
Anggie memiliki dua label, yakni Anggie Gallery dan Sheenaz by Anggierachmat. Anggie Gallery dia berikan ketika awal menggeluti dunia fashion. Melalui akun Anggie Gallery dia menampilkan semua karya-karyanya. Seiring berjalannya waktu, Anggie menekuni dua proyek, yaitu busana customized yang mengikuti keinginan customer untuk busana pesta, keluarga, dan hari raya serta mengerjakan proyek busana ready to wear, maka dia memisahkan keduanya.
Untuk busana ready to wear dia pakai label Sheenaz by Anggierachmat, sementara Anggie Gallery untuk busana customized. “Sheenaz artinya cantik dan anggun, sehingga Anggie berharap perempuan-perempuan yang mengenakan rancangannya terlihat cantik dan anggun. Itu harapan dan doa saya untuk label Sheenaz by Anggierachmat,” ucapnya bersemangat.
Melalui Sheenaz by Anggierachmat, Anggie merancang kain etnik yang tidak hanya dikenakan saat special occasion seperti pesta atau acara adat, tetapi bisa dikenakan dalam keseharian dan kegiatan apapun. Sheenaz juga bisa dikenakan oleh siapapun.
Menurutnya mendesain busana ready to wear menggunakan bahan kain yang teksturnya berat dan kaku seperti tapis dan songket membutuhkan tantangan khusus. Lantas rancangannya itu dikombinasikan dengan kain yang lebih ringan dan santai atau bahan-bahan casual line. Kombinasi bahan kain teksturnya berat dan ringan ini menjadi signature atau ciri khas rancangan Anggie.
Misalnya dia memadukan kain Tapis Lampung yang ‘berat’ dengan kain lurik yang ringan dan santai. Bagi Anggie, kain lurik sangat menarik, karena meski konsep sederhana garis-garis, namun bisa menjadi overall yang menarik. Di tangan Anggie, bahan kain yang berat seperti kain Tapis Lampung tidak hanya bisa digunakan untuk busana pesta atau adat, tetapi bisa dipakai untuk busana sehari-hari.
“Saya bisa mengkombinasikan kain etnik dengan denim, corduroy, katun, outer, jaket, sehingga lebih modern dan kadang kontras. Ini menjadi kekuatan desain untuk busana-busana yang lebih casual, jadi kalau orang melihat ini punyanya Anggie Rachmat,” ungkapnya.
Terbantu karena Media Sosial.
Memasarkan rancangan busana ready to wear dengan mengkombinasikan kain etnik, tidak semudah yang dibayangkan Anggie. Ketika dia merancang sesuatu yang lebih modern dan santai dengan kain etnik ternyata tidak semua orang percaya diri untuk memakainya. Saat itu, Anggie memadumadankan kain Dayak dengan denim, corduroy, maupun outer, yang saat itu masih dianggap ‘aneh’.
Di tengah keputusasaannya, dia memakai rancangan sendiri saat menjadi host di TV dan menuliskan busana by Anggie Rachmat. Foto ketika dia siaran tersebut dibagikan di media sosial miliknya. Tidak disangka, saat itu dia mendapatkan respon dari beberapa orang yang mengatakan busana yang dikenakannya bagus dan unik.
“Dari situ, produk-produk yang saya desain mulai jalan. Saya berpikir, media sosial punya power luar biasa untuk memasarkan produk-produk. Saya akhirnya memasarkan produk di media sosial,” ucapnya.
Hingga saat ini, media sosial menjadi strategi marketing Anggie Gallery dan Sheenaz by Anggierachmat yang efektif. Anggie juga mengikuti berbagai event fashion show untuk memperkenalkan rancangannya sekaligus branding namanya agar dikenal luas di masyarakat.
Anggie pernah menggelar fashion show menggunakan Sulam Peniti Bukittingi dalam ajang Minangkabau Fashion and Festival 2015, mengikuti Fashion Show Crowded Competition 2016 di Jepang , menggelar karya dengan bahan kain Sidan Suku Dayak bersama desainer Timur Tengah dan Australia di JCC dan menampilkan fashion show bahan kain Tajung Palembang di depan Ibu Mufidah Jusuf Kalla saat Kriya Nusa Indonesia Fashion and Craft 2017 serta mewakili Bhayangkari untuk fashion show di Kriya Nusa pada Oktober 2019 menggunakan kain etnik Tapis dan Celugam khas Lampung Barat.
Pada Hari Kartini 2018, Anggie menggelar fashion show di Istana Presiden membawakan kain etnik Papua di hadapan Ibu Negara, Oase Istri Kabinet dan tamu undangan lain. Saat itu, yang menjadi model adalah Polwan dan Bhayangkari.
Dia juga mengikuti ajang Bali Fashion Trend 2018 dan Yogya Fashion Week 2019. Di Yogya, Anggie menampilkan kain etnik Tapis Lampung. Anggie juga menampilkan aplikasi Tapis Lampung pada Muslim Fashion and Festival pada Mei 2019. Menampilkan fashion show dengan desain Goelali, kain jumputan dengan pewarnaan alami kombinasi bahan scuba yang nyaman pada ajang ISEF atau Indonesia Sharia Economic Festival yang digelar Bank Indonesia di JCC Jakarta yang menampilkan.
“Melalui fashion show, saya bisa bertemu pejabat pemerintahan dan fashion designer lain sehingga menambah wawasan,” papar Anggie.
Konsisten Menggeluti Kain Etnik Nusantara.
Hingga saat ini Anggie konsisten mengangkat wastra Nusantara, kain-kain etnik daerah karena memang dia menyukai dan mencintai kain-kain wastra Nusantara. Estetika dan filosofi dari kain itu memiliki daya tarik tersendiri.
Namun menurutnya kehidupan para perajin tidak seindah kainnya. Mereka mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku, lamanya waktu menenun hingga memasarkan produknya. Nah, Anggie merasa memiliki tanggungjawab membantu perajin kain tenun itu dengan cara menginovasinya menjadi produk yang bisa diterima pasar atau konsumen.
“Ini yang saya lakukan selama mengikuti dinas suami. Saya merasa beruntung tinggal di tempat yang tidak semua orang bisa ke sana, dan saya memiliki kesempatan mengeksplor banyak hal, terutama kain-kain Nusantara. Saya juga ingin meningkatkan pendapatan para perajin tenun dengan menginovasi karya mereka,” ucapnya senang.
Makna Peringatan Hari Ibu
Terkait dengan peringatan Hari Ibu ke 91 Tahun 2019, Anggie mengatakan merasa bisa seperti sekarang salah satunya berkat bimbingan dan arahan Ibunda tercinta sejak dia kecil hingga dewasa dan menikah.
Nilai-nilai kehidupan dari orangtua, termasuk Ibunya membekas dan dirasakan manfaatnya ketika Anggie menjadi istri seorang polisi. Petuah dari orangtua yang menancap tajam di kepalanya adalah bagaimana membawa diri, memperlakukan orang lain atau ‘mengorangkan’ orang lain, serta menghargai orang lain. Menurut Anggie, orangtuanya akan lebih marah bila dia tidak bisa mengucapkan terima kasih atas bantuan atau pemberian orang lain, dibandingkan mendapatkan nilai jelek.
“Bagi Ibu saya, nilai-nilai seperti mengucapkan terima kasih lebih penting dibandingkan nilai akademik yang ada di rapor atau nilai ulangan sekolah. Nilai kehidupan lebih berharga, bagaimana bisa menjadi manusia yang mampu meminta maaf bila melakukan kesalahan, berterima kasih atas budi baik orang lain, serta membalas kebaikan orang lain. Itu yang ditanamkan orangtua saya, terutama Ibu saya,” jelas Anggie.
Oleh karena itu, Anggie juga menanamkan nilai-nilai yang sama kepada dua orang putrinya. Yakni harus bisa mengucapkan terima kasih, mengucapkan maaf setulus hati bila melakukan kesalahan. “Ketika melakukan kesalahan meminta maaf, lalu bagaimana mengevaluasi diri, agar ke depannya lebih baik lagi,” ucapnya.
Sebagai seorang ibu, Anggie memiliki harapan terbaik bagi anak-anaknya. Dia bersyukur anak-anaknya memiliki prestasi, baik di bidang akademik maupun bakatnya. Dia membebaskan anak-anaknya untuk mengembangkan dan mengeksplor bakat dan passion mereka. Dia juga memberikan kesempatan bagi anak-anaknya untuk tampil di depan khalayak dan mengikuti organisasi di sekolah. “Mereka jadi lebih percaya diri, lebih bisa bersosialisasi dengan teman-temannya, serta mengembangkan bakat dan kepribadian,” ucapnya.
Anak pertamanya jago melukis dan pernah mengikuti berbagai pameran hingga di Kuching, Malaysia. Sementara anak keduanya pernah mewakili Indonesia dalam ajang scientist competition di Kuala Lumpur, Malaysia. Bersama timnya, anak kedua menampilkan riset mendeteksi adanya boraks pada makanan dengan menggunakan temulawak dan mendapatkan medali perak.
“Itu hal yang membanggakan saya. Saya tidak ingin fokus pada nilai rapor, tetapi saya ingin mereka bisa tampil berbicara di depan audiens, memiliki kemampuan bidang riset, maupun musik, lukis dan lain-lain,” ungkap perempuan yang memiliki motto ‘hidup adalah bagaimana memaknai hidup itu sendiri, selagi bisa berbuatlah, berkaryalah, sebarkan energi positif dalam diri kita’.
Kiprah Sebagai Ketua Bhayangkari Cabang Lampung Barat.
Kembali ke aktivitasnya, sebagai seorang ibu, istri, Ketua Bhayangkari Cabang, fashion designer, presenter TV dengan jadwal tertentu membuat Anggie harus pintar membagi waktu.
“Prioritas saya saat ini mendampingi dan men-support suami untuk karier dan pekerjaannya. Saya harus bisa menjaga diri jangan sampai melakuka kesalahan yang berimbas pada karier suami,” ucap Anggie yang pernah wawancara khusus sebagai desainer etnik Indonesia dalam acara Pagi-pagi NET TV bersama Andre Taulany dan Hesty.
Sebagai Ketua Bhayangkari Cabang Lampung Barat Anggie berusaha membagikan hal-hal yang positif untuk anggotanya. Anggie telah memiliki beberapa program yang bisa mengangkat potensi anggotanya. Bhayangkari Lampung Barat sudah menghasilkan produk unggulan aromaterapi kopi yang sudah dipasarkan ke seluruh Indonesia. Itu berkat arahan dari Ketua Bhayangkari Daerah Lampung Ny. Sari Purwadi agar anggota Bhayangkari Lampung Barat ikut mengembangkan produk kopi karena memang Lampung Barat hasil buminya melimpah.
Sebagai Ketua Bhayangkari Cabang Lampung Barat dia membuat konten positif yang menampilkan kekayaan alam. Bhayangkari yang memiliki kebun organik akan difasilitasi pendistribusian sayur dan memperbaiki packaging produk makanan khas Lampung Barat seperti nanas. “Ini tentunya berproses, tidak instan. Saya terus mencari ide-ide kreatif untuk mengeksplor potensi diri anggota,” ucapnya.
Bhayangkari Lampung Barat juga sudah memulai produksi sepatu dari bahan Celugam dan berencana membuat produk fashion lain yang bekerjasama dengan perajin Celugam. Anggie juga berencana mengeksplorasi pariwisata Lampung Barat di daerah pesisir barat Lampung yang alamnya indah.
Anggie bersyukur sebagai Ketua Bhayangkari Cabang dia mendapatkan banyak dukungan, baik moril serta support. Ketua Bhayangkari Daerah, Wakil Ketua, Irwasda, BPJU dan Bhayangkari lain yang ada di Lampung selalu memberikan dukungan untuk terus berkarya dan mengembangkan potensi diri bagi dirinya dan anggota Bhayangkari Lampung Barat.
“Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan dari Ketua Bhayangkari Lampung Ibu Sari Purwadi, Ibu Waka Bhayangkari Lampung Ibu Henny Sudharsono, Ibu Irwasda serta Keluarga Besar Bhayangkari Lampung dan anggota Bhayangkari Cabang Lampung Barat,” ucap Anggie.
Anggie akan terus berkarya dan mengangkat kain-kain etnik Nusantara dari berbagai daerah di mana suaminya ditugaskan kepolisian. Bagi Anggie, setiap jengkal bumi Nusantara merupakan ladang pengabdian dan ibadah untuk mengangkat wastra Nusantara sekaligus meningkatkan ekonomi para perajin tenun.
“Harapan saya semoga terwujud, sehingga wastra Nusantara dapat dikenal luas di kancah nasional dan internasional, sehingga dapat memberdayakan dan meningkatkan perekonomian perajin kain etnik Nusantara,” ucapnya.
BIODATA
Nama Lengkap : Anggraini Husmiati, S.E., M.M.
Nama Panggilan : Anggie Rachmat.
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 21 November 1978.
Nama Suami : AKBP Rachmat Tri Haryadi, SIK., M.H.
Jabatan Suami : Kapolres Lampung Barat.
Anak : Kayla Athira Putri Haryadi (14 tahun) dan Khaisa Humaira Putri Haryadi (13 tahun)