Bhayangkari Klaten Penerjun Payung Berkaliber Internasional
Prestasi Ny. Elma Nahrowi sebagai penerjun payung berkaliber internasional dengan sumbangsih Medali Perak untuk Kontingen Daerah Istimewa Yogyakarta pada perhelaan PON XIX Tahun 2016 di Bandung, Jabar membanggakan. Tidak hanya Ketua Bhayangkari Daerah Jateng Ibu Santi Condro Kirono yang bangga terhadap anggotanya, namun juga Ketua Umum Bhayangkari Ibu Tri Tito Karnavian yang secara khusus menyampaikan ucapan selamat sekaligus memberikan motivasi agar Ibu Elma tetap berprestasi membawa nama Bhayangkari.
Ny. Elma merupakan istri Ipda Nahrowi, SH. Saat ini suaminya bertugas sebagai Kasi Dikyasa Polres Klaten, Polda Jateng. Ibu satu anak bernama lengkap Endang Trilibrata Elma Rahmawati yang akrab disapa Ibu Elma ini sudah menggeluti olahraga terjun payung sejak tahun 2001 atau 16 tahun lalu. Saat ini pangkat Ibu Elma Serma, sehari-hari bertugas di Akademi Angkatan Udara sebagai Bintara Administrasi Keuangan sekaligus sebagai andalan penerjun payung Wanita Angkata Udara Indonesia (Wara).
Awalnya dia mengikuti seleksi dan menjalani tes yang cukup berat sebagai penerjun payung di lingkungan WARA. Setelah dinyatakan lulus tes, kemudian dia mengikuti sekolah terjun payung kurang lebih dua bulan di Pusdik PASKHAS, Lanud Sulaiman Bandung. Untuk meningkatkan ketrampilan, dia kemudian menjalani latihan di Calboolture, Brisbane, Australia selama satu bulan pada tahun 2013.
Menurut Ibu Elma di saat mendapatkan perintah dari atasannya untuk berangkat sekolah terjun payung, awalnya dia takut akan ketinggian. “Tetapi sebagai militer hanya ada satu kata yang terucap dari mulut saya, yaitu kata “SIAP”. Pengalaman pertama kali saya terjun memang ada rasa takut. Namun saya mengalahkan rasa takut itu dengan selalu berdoa,” ujar anggota Bhayangkari Cabang Klaten, Jateng itu.
Ibu Elma lahir di Singkawang, Kalimantan Barat, 17 Oktober 1979. Dia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Orang tuanya purnawirawan TNI AU. Umur 10 tahun Elma ikut pindah ke Solo mengikuti orang tuanya yang dipindah-tugaskan ke Lanud Adi Soemarmo tahun 1991. Masa remaja dijalani di Solo, sekolah di SMPN 3 Colomadu dan SMAN 1 Kartasura.
Ihwal kariernya di militer, papar Ibu Elma, dia bergabung dengan TNI AU pada tahun 2001. “Setelah lulus SMA saya kursus bahasa Inggris karena saya ingin menjadi seorang pramugari, namun akhirnya jadi WARA atau Wanita Angkata Udara Indonesia di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta.” kisahnya.
Tiga Kali Mengikuti Kejuaraan Terjun Payung Tingkat Dunia
Prestasi anggota Bhayangkari ini dapat diajungi jempol. Sudah tiga kali Ibu Elma mengikuti pertandingan tingkat dunia terjun payung. Pertama, tahun 2014 ikut kejuaraan terjun payung di Solo, Jateng yang diikuti 30 negara. Kedua, ikut pertandingan terjun payung internasional di Manado yang diikuti lima negara. Ketiga, pertandingan antar militer dunia di Rusia yang diikuti 30 negara.
Untuk suasana pertandingan antar Militer Dunia Counsiel International Du Sport Militaire di Kubinka, Rusia tanggal 15 – 30 Juli 2016, paparnya, cukup seru karena peserta dituntut untuk bisa menguasai tiga cabang pertandingan yaitu, ketepatan mendarat (accuracy), kerja sama di udara(fomation skydive), dan stylie. Serunya lagi dia bisa bertemu dengan teman-teman sesama militer dari 30 negara lain. Cuaca di Rusia summer pada saat pertandingan dengan suhu 14 derajat.
Seleksi masuk tim terjun payung mewakili TNI mengikuti kejuaraan di
Rusia, papar Ibu Elma cukup ketat. “Alhamdulillah dengan semua kemampuan serta restu dari suami, saya dapat masuk dalam tim Indonesia. Suatu kebanggaan tersendiri bisa membawa bendera Indonesia berkibar di negara lain.” ujarnya bangga.
Ibu Elma juga mengikuti berbagai kejuaraan terjun payung tingkat nasional. Pada tahun 2011 dia mengikuti kejuaraan Dankor Paskhas Cup dengan prestasi meraih juara. Saat mengikuti pertandingan terjun payung KASAU Cup di Bogor tanggal 23 Maret – 2 April 2016 dia berhasil meraih juara 2 Women Accuracy. Prestasi membanggakan juga diraihnya saat mengikuti Manado Open Parachuting Accuracy Championship di Manado tanggal 14 – 23 Mei 2016 dengan pencapaian meraih juara 2.
Salah satu sumbangsih Ibu Elma untuk Kontingen Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada perhelaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX tahun 2016 tanggal 17 – 29 September 2016 di Bandung, Jawa Barat adalah menyumbang medali perak dari olahraga terjun payung.
Di balik sukses mendulang medali perak pada kejuaraan terjun payung di PON tahun 2016, papar Ibu Elma ada perjuangan, pengertian suami dan anak serta cucuran keringat. “Suka duka mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kejuaraan, termasuk PON adalah berjauhan dengan keluarga, khususnya dengan suami dan anak karena saya berlatih di Bandung dan Jakarta. Contohnya untuk mempersiapkan kejuaraan terjun payung di PON XIX saya berlatih kurang lebih satu tahun lamanya.” paparnya.
“Suasana kebatinan saya pada saat menghadapi PON Jawa Barat cukup naik turun, terkadang takut menghadapi pertandingan, terkadang galau melihat tim lain yang cukup bagus-bagus dan tidak bisa dianggap remeh. Tetapi semua itu saya kembalikan kepada Allah SWT. Saya yakin Allah SWT tidak pernah menyia-nyiakan umatnya yang sudah berusaha berlatih dan berdoa. Alhamdulillah berkat usaha saya dan tim kami bisa meraih medali perak diajang PON XIX Jawa Barat. Dan semua itu tidak lepas dari restu suami dan doa dari keluarga saya.” ucapnya penuh syukur.
Menurut Ibu Elma kegiatannya di olahraga terjun payung sempat berhenti selama tujuh tahun setelah dia menikah. “Saya sempat off karena menikah dan belum mendapat izin dari suami. Ini karena suami saya saat itu berpikir terjun payung adalah olahraga ekstrem dengan risiko tinggi, tetapi dengan saya memberikan penjelasan dan saya ajak nonton pas ada acara terjun, suami paham dan bisa menerima. Alhamdulillah dengan restu dan izin beliau saya bisa melanjutkan pekerjaan dan hobby saya.” papar Ibu Elma lega.
Sebagai wanita karier dan juga sebagai istri polisi, Ibu Elma berusaha untuk seimbangkan waktu untuk karier, kegiatan organisasi Bhayangkari, dan keluarga. Di saat dia berada di Yogja dan tidak ada kegiatan kantor, dia berusaha untuk bisa mengikuti kegiatan Bhayangkari. “Itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai istri polisi untuk bisa bergabung di organisasi Bhayangkari.” tandasnya.
Bagi anggota Bhayangkari yang ingin menjadi penerjun payung, Ibu Elma menyampaikan tips bagi pemula. Pertama, terus berlatih, berlatih dan berlatih. Kedua, ikuti prosedur yang ada. Prosedur yang paling penting bagi seorang penerjun adalah safety first. Ketiga, jangan lupa berdoa.
Ketika diminta tips untuk meraih sukses bagi Bhayangkari, dengan nada merendah Ibu Elma mengatakan belum bisa membagi tips, karena dia masih harus banyak belajar. “Saya hanya sedikit berbagi, ayo Ibu-ibu Bhayangkari diseluruh Indonesia apapun profesinya kita harus bisa berkarya dalam hal apapun, berkeluarga bukan halangan untuk kita berprestasi. Maju terus Bhayangkari Indonesia.” ujarnya memberi semangat.