Ny. Heni Nuraeni Budiman, Anggota Bhayangkari Ranting Bungursari, Cabang Purwakarta
Bangun Pukul Dua Pagi untuk Siapkan Makanan Sahur Puluhan Anak Yatim
Cuaca terik di bulan puasa ini tidak menyurutkan semangat Ibu Heni Nuraeni Budiman untuk berbuat kebaikan. Setelah pulang kerja dari kantornya, dibantu tiga orang asisten rumah tangga, ia bergegas ke dapur memasak makanan untuk dihidangkan saat berbuka puluhan anak yatim. Kegiatan yang sama juga ia lakukan menjelang sahur, dini hari pukul 02.00 WIB ia sudah sibuk memasak di dapur, menyiapkan makanan sahur untuk 100 orang, termasuk 82 anak yatim yang mondok secara gratis di pesantren suaminya, Aiptu Budiman di Purwakarta, Jabar.
Hari-harinya di luar jam kerja di kantor dan berdagang, ia berikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengasuh anak-anak yatim, termasuk menyiapkan makanan setiap hari. Tugas itu sudah ia lakoninya sejak tujuh tahun lalu, semenjak suaminya menampung anak yatim dan mengasuhnya di pesantren yang dirintis sejak tahun 2012. “Saya selalu bersemangat membantu suami yang menebar kebaikan, peduli membantu anak-anak yatim,” ujar ibu lima anak itu.
Suaminya, Aiptu Budiman saat ini bertugas di Polsek Bungursari, Polres Purwakarta, Jabar. Keluarga polisi ini menampung puluhan anak yatim yang diberi makan dan mondok secara gratis serta disekolahkan di sekolah yang ada di sekitar Purwakarta agar punya masa depan. Anak yatim yang ditampung saat ini sebanyak 82 anak. Jika digabung dengan santri yang belajar di pesantren datang dan pulang hari sebanyak 130 anak. Anak-anak asuhnya dari umur empat tahun hingga 14 tahun yang dididik suaminya dengan disiplin dan diajarkan cinta Tanah Air dengan mewajibkan apel setiap hari
Pesantren yang diberi nama Madinah Darul Barokah ini beralamat di Kampung Dangdeur RT 005/002 Desa Dangdeur, Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta. Sebagai patokan lokasi, kalau via tol, keluar di Gerbang Tol Cikampek lanjut ke arah Purwakarta berjarak sekitar 4 kilometer. Lokasinya tidak jauh dari Restoran Sate Maranggi Cibungur Hj. Yetty. Di pesantren ini dibangun fasilitas empat kelas, kobong (pondok) dua bangunan putra dan putri, satu masjid dan majelis tempat tinggal ustadz.
Ibu Heni berkomitmen untuk mendukung sepenuhnya niat suaminya mendirikan pesantren dan menampung anak yatim yang diasuh secara gratis. Untuk meringankan beban suaminya, ia bertekad membagi tugas, yakni urusan dapur ia yang urus sendiri. Sementara suaminya berusaha untuk memenuhi biaya kebutuhan sekolah, termasuk gaji guru yang kurang lebih 20 orang.
Ia bersyukur, banyak pihak yang peduli dan membantu. “Untuk saat sekarang saya tidak pernah beli beras lagi, karena selalu ada tangan-tangan mulia yang membantu kami. Jadi kalau ke pasar saya hanya beli lauk pauk, termasuk sayuran. Untuk beras persediaan selalu ada. Berbagai kebutuhan anak yatim saya beli di pasar induk agar harganya terjangkau. Pedagang langganan saya sudah tahu saya beli sayuran untuk kebutuhan anak yatim, jadi sering ditambahin sayurnya,” paparnya.
Untuk menyokong biaya kebutuhan dapur untuk anak yatim, ia giat bekerja dan berdagang. “Pekerjaan saya sebagai wiraswasta alhamdulilah lancar, rezeki ada saja,” lanjutnya.
Ia tidak merasa khawatir dalam mencukupkan makanan untuk anak-anak yatim. Segala hal ia serahkan kepada Sang Maha Tahu yang pemberi kehidupan. Ia percaya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 261, tertulis: “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ia bersemangat membantu suaminya menebar kebaikan untuk masa depan anak yatim sebagai bentuk pertobatan dan niatan tulus dari suaminya. Sebagaimana tertulis, orang-orang yang menanggung anak yatim dan mengasihinya, maka Allah akan melembutkan hatinya dan mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” (HR. Al-Baniy, Shahi Al-Jami’, Abu Darda: 80). Inilah jalan kebaikan bagi suaminya, sekaligus juga motivasi bagi Keluarga Besar Polri untuk menebar kebaikan.
Apakah ia tidak lelah rutin mengurusi anak yatim dengan jumlah yang banyak selama tujuh tahun? Dengan santai Ibu Heni menjawab, “Lelah memang ada, tapi saya bertekad harus selalu mendampingi suami untuk berbuat yang bermanfaat untuk negara dan masyarakat. Saya harus selalu siap mendampingi suami dalam kondisi apapun. Itu adalah bentuk kecintaan saya terhadap suami, sekaligus doa untuk beliau.”
Satu hal yang sangat disyukurinya adalah tentang kesehatannya. Jika sebelumnya Ibu Heni sering sakit karena ada gangguan pada jantungnya yang bocor, namun setelah sibuk mengurus keperluan dapur anak yatim, dirinya sekarang sehat tanpa berobat lagi ke dokter. “Dari situ saya yakin bahwa Tuhan Maha Baik di dunia imbalannya sudah terbukti,” tandasnya bersyukur.
Ditanya apa persiapannya untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri 1439 H, apakah sudah disiapkan hadiah untuk anak yatim, sembari senyum perempuan tangguh yang lahir di Bandung, 24 September 1974 itu mengatakan sedang disiapkan kepentingan anak-anak seperti baju Lebaran.