Langsung pupus bayangan akan sosok perempuan perkasa, sang penjelajah langit manakala menemui Ida Figriah di rumahnya di Komplek Lemigas, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, belum lama ini. Betapa tidak, bayangkan sosok perempuan istimewa, pilot pesawat berbadan besar Airbus 303 penjelajah angkasa dan melintas benua, ternyata dirumah berperan sebagai ibu rumah tangga biasa, dengan sabar ngemong kedua anaknya, Wildanil (11 tahun) dan Ghaniatul (7 tahun).
Permohonan wawancara dengan Team Website direspon wanita tinggi semampai anggota Bhayangkari Metro Jaya ini, dengan catatan melihat dulu dan menyesuaikan jadwal terbangnya. Dan lewat SMS, beberapa hari kemudian perempuan kelahiran Jakarta, 4 Desember 1976 ini menyatakan bersedia di wawancarai di rumahnya.
Penjelajah langit yang tetap akrab dengan dapur.
Di rumahnya dia bercerita tentang profesinya sebagai pilot. Yang membanggakan, ternyata dia satu satunya pilot wanita di maskapai Garuda Indonesia. Kepadanya dipercayakan pesawat besar Airbus 330 yang terbang melintas benua. “Yang benar posisi saya sekarang sebagai First Officer 2 (FO2) yang menerbangkan Airbus 330” ujarnya ramah.
Ketika wawancara berlangsung tiba tiba anak sulungnya, Wildanil merengek dimasakin nasi goreng oleh ibunya sendiri “Nggak mau dimasakin mbak, maunya dimasakin sama Bunda”, ujar anaknya tanpa kompromi.
“Beginilah keseharin saya manakala sedang tidak bertugas, saya berusaha dekat, termasuk memasak untuk anak-anak. Mungkin karena sering saya tinggal anak-anak minta perhatian kalau saya lagi di rumah “, ujarnya maklum.
Padahal diluar rumah, istri dari Kompol Ahsanul termasuk srikandi Indonesia penjelajah langit. Dia merupakan satu-satunya perempuan yang jadi pilot di Maskapai Penerbangan Garuda. Impiannya untuk menerbangkan pesawat berbadan besar seperti Boeing 747 dan Airbus 330 menjadi kenyataan, jam terbangnya kini 5.500jam. Dengan pesawat itu dia terbang mengelilingi dunia, termasuk melayani rute terbang ke Australia, Jepang dan Cina.
Ketika ditanya, apa yang memotivasinya sebagai pilot, dengan merendah anak sulung empat bersaudara itu mengatakan orangtuanya berasal dari keluarga sederhana. “Orang tua saya guru sekolah dasar. Saya masuk sekolah penerbang karena pingin cepat dapat kerjanya”, ujarnya.
Setelah lulus SMA tahun 1994, lantas dia mendaftarkan ke Sekolah Tinggi Penerbang Indonesia di Curug Januari 1995. Sekolah ini awalnya Akademi Penerbangan Indonesia (API) yang didirikan tanggal 1 Juni 1952 di Gempol, Kemayoran Jakarta. Disana dia melewati Sembilan tahap tes dengan sistem gugur, termasuk bakat penerbang dan postur tinggi minimal 165 cm, panjang kaki minimal 100 cm, sesuai standar duduk internasional. Setelah lulus dari Curug, ia melamar ke maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan diterima tahun 1998.
Ihwal kiprahnya sebagai wanita professional, ia berkata wanita Indonesia, termasuk Ibu-ibu Bhayangkari berkesempatan untuk menjadi apa saja asal asa kemauan, dan mau belajar dan belajar.
Foto keluarga Ny. Ida Figriah, anggota Bhayangkari Metro Jaya, Pilot Maskapai Penerbangan Garuda.