Ny. Riska Banjarnahor, SH, Anggota Bhayangkari Baharkam Polri

20 Apr, 2018 | Kategori : Profil Anggota

Selalu ada cerita keren tentang Bhayangkari. Salah satunya kisah dari Ny. Riska Banjarnahor, SH, anggota Bhayangkari Baharkam yang punya keahlian khusus sebagai pilot. Menyambut Hari Kartini tanggal 21 April 2018 ini, kami menampilkan sosok istri polisi yang juga Polwan berpangkat Inspektur Polisi Satu (Iptu) yang lahir di Jakarta, 2 April 1983 itu.

1

Berbalut seragam penerbang berwarna orange dengan langkah gagah, Polwan yang bernama lengkap Iptu Riska Habibah, SH itu berjalan menuju pesawat Casa 212 Polri yang akan diterbangkannya. Berada di kokpit ia terlihat cantik, anggun sekaligus perkasa. Polwan yang sudah bertugas sekitar 16 tahun di Polri ini merupakan salah satu dari tiga Polwan yang menjadi penerbang di Direktorat Polisi Udara Korpolairud Baharakam Polri.

2

Dari masa tugasnya di Polri, sudah delapan tahun menjadi penerbang di Polri. Menurut Iptu Riska Habibah, penugasan pertamanya setelah selesai pendidikan Polwan adalah sebagai polisi pariwisata Polwiltabes Bandung, Polda Jawa Barat.

Yang memotivasinya memilih karier sebagai pilot pesawat terbang adalah ingin menjadi lebih baik. Lantas ia mengikuti pendidikan penerbang di STPI Curug, Tangerang dilanjutkan Sekolah Penerbang Polri Pondok Cabe. Menurut dia pilot adalah suatu karier yang bagus di institusi Polri maupun di maskapai penerbangan.

3

Ia mengatakan pertama kali terbang tahun 2010. “Saat pertama tugas terbang sebagai pilot terus terang saya ada rasa takut, senang, waswas, penuh percaya diri dan mempunyai tanggung jawab lebih. Semuanya campur aduk,” papar pilot pesawat terbang sayap tetap, pesawat Casa 212 ini.

Membantu Ibu Berjualan Es dan Pisang Goreng

Berkisah tentang masa kecilnya, Riska mengatakan berasal dari keluarga sederhana. Ia merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Masa kecilnya sama dengan anak-anak dari keluarga sederhana pada umumnya, namun yang membedakannya ia selalu berprestasi di sekolah. “Dari sejak Sekolah Dasar saya ranking pertama, walaupun waktu yang saya punya tidak banyak karena harus membantu Ibu saya berjualan es dan pisang goreng. Tetapi itu tidak memadamkan semangat saya untuk berprestasi dan terus belajar,” kisahnya.

Ia melanjutkan, “ Saya menikmati dan memanfaatkan setiap waktu yang saya punya. Sampai beranjak remaja pun saya tidak ada kata malu untuk membantu orangtua sembari terus belajar, termasuk selalu bertanya kepada teman saya yang notabene mampu dan punya kesempatan kursus atau bimbel di luar. Jika saya merasa kurang dalam pelajaran, saya tidak malu meminjam buku dari teman.”

Di sekolah ia termasuk siswa yang pintar, aktif dan bergaul. Ia mengikut organisasi sekolah dari OSIS, pramuka sampai Paskibraka.

Dari ayahnya yang seorang tentara ia mendapatkan pelajaran penting tentang disiplin sejak ia kecil hingga remaja. Sedangkan dari ibunya ia belajar tentang arti kerja keras dan selalu berusaha untuk membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. “Disiplin yang diajarkan dan ditanamkan Ayah sangat berguna bagi saya sampai saat ini,” paparnya.

Riska menikah dengan Iptu Togu Banjarnahor. Keduanya penerbang dan sama-sama tugas di Direktorat  Polisi Udara  Korpolairud Baharkam Polri. Pasangan ini hingga kini belum mendapat momongan.

4

Diminta tips berbagi pengalaman sebagai perempuan karier yang punya keahlian khusus sebagai pilot sekaligus sebagai seorang Bhayangkari tentang mengatur waktu,  Riska mengatakan ia sedapat mungkin menyesuaikan waktu sehingga kegiatan dinas, keluarga dan kegiatan di organisasi Bhayangkari dapat berjalan dengan baik. “Jika suami saya tidak dalam tugas, saya mendampingi suami. Jika suami tugas ke luar kota saya usahakan berkomunikasi. Jika tidak ada tugas terbang, saya melaksanakan tugas membantu administrasi di kantor. Dan jika ada kegiatan Bhayangkari, jauh hari sebelumnya saya persiapan diri untuk mengikuti kegiatan tersebut,” katanya.

Dalam rangka peringatan Hari Kartini tahun ini, sebagai perempuan yang punya keahlian khusus sebagai pilot pesawat terbang, ia mengatakan, “Kepada perempuan Indonesia saya berpesan, seperti motto Ibu Kita Kartini: ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Jangan pernah menyerah pada apapun. Di balik kesusahan pasti ada tersimpan kemudahan. Terus berusaha dan berdoa,” ujarnya menyemangati.

5

Sedangkan kepada Bhayangkari yang mendampingi suaminya bertugas di seluruh Indonesia ia berpesan agar selalu berperan dalam membantu tugas suami tanpa pamrih. Menjadi penyemangat dan mencintai suami dengan keteguhan hati. Dan agar mempergunakan waktu sebaik-baiknya,” pungkasnya.