Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati Yusra, M.Sc.Agr, Pengawas YKB Daerah Jambi

15 May, 2017 | Kategori : Profil Anggota
unnamed

“Anak Bukanlah Tanah Liat yang Diam Saja

Anak bukanlah seperti tanah liat yang diam saja ketika dibentuk oleh pembuat keramik.Oleh karena itu anggota Bhayangkari harus memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan kemampuan mendidik dan membentuk karakter anak. “Bagi anak, Ibu adalah orang terhebat, guru terbaik dan contoh yang selalu dilihatnya sehari-hari. Oleh karena itu seorang ibu jangan pernah bosan untuk belajar, belajar dan belajar,” ujar Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati Yusra, M.Sc.Agr, Pengawas Yayasan Kemala Bhayangkari (YKB)Daerah Jambi (2016 – sekarang).

Bhayangkari, lanjut ulusan Doktor dari University of Goettingen, Germany itu merupakan organisasi yang terdiri dari istri anggota Polri, ibu bagi anak-anak anggota Polri, generasi penerus bangsa. Kita semua tahu jika ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anak. Artinya di Bhayangkari berkumpul para pendidik pertama generasi penerus. Menurut Hj. Nurhayati pendidikan anak menjadi lengkap ketika anak diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal, dan ini menjadi salah satu tugasnya sebagai pendidik atau dosen di perguruan tinggi.

Menurut Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jambi (2017 – 2021) itu pendidikan merupakan suatu upaya untuk membentuk karakter seseorang dan merupakan kebutuhan vital bagi setiap individu apalagi bagi seorang ibu. Pendidikan dapat dilakukan secara formal (bersekolah dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi) atau secara informal (pelatihan, kursus, dll). “Ibu merupakan orang pertama dan utama yang mendidik anak-anaknya. Oleh karena itu Ibu haruslah selalu meningkatkan pendidikannya, terutama yang berkaitan dengan pembentukan karakter anak. Kata-kata yang diucapkan seorang Ibu kepada anaknya adalah do’a, sehingga Ibu harus berupaya berkata yang baik agar anaknya menjadi baik pekertinya, etikanya, sikapnya, tutur katanya. Ini yang dilakukan Ibu saya kepada anak-anaknya. Ibu saya selalu berusaha meningkatkan pengetahuannya dengan belajar dari pengalaman orang lain karena beliau tidak memiliki kesempatan untuk bersekolah di zaman itu, awal-awal kemerdekaan,” ujar ibu empat anak yang lahir di Jambi, 27 Januari 1969itu.

Mendidik memang tidak mudah, tandas Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Jambi itu karena setiap anak punya karakter berbeda. Tapi harus kita lakukan karena itu bagian dari pembentukan karakter bangsa. Apalagi kemajuan teknologi sekarang, di mana eranya adalah era gawai atau gadget, informasi begitu cepat berada dihadapan kita yang belum tentu kebenarannya. Di masa sekarang ini, Bhayangkari harus selalu berupaya meningkatkan pengetahuan di bidang teknologi informasi, harus memahami istilah gaul anak muda sekarang, harus dapat menyaring berita mana hoax dan mana yang benar sebelum dibagikan ke pihak lain, harus tegas dalam membatasi anak bermain atau menggunakan gawai (mobile phone, smart phone, dll), harus memantau situs yang selalu dibuka anak, memberi ruang dan waktu bagi anak untuk bercengkrama dengan keluarganya, bersosialisasi bersama teman-teman di sekolah dan dirumah.

Menjadi yang Terbaik

Untuk diketahui, Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati, M.Sc.Agr adalah istri Kombes Pol. (Purn) Yusra, SH, MH (jabatan terakhir suaminya sampai pensiun Maret 2016 adalah Direktur Tahanan Barang Bukti Polda Jambi). Hj. Nurhayati aktif di kepengurusan YKB Daerah Jambi tahun 2014 atau hampir empat tahun setelah menikah dan menjabat sebagai Ketua Seksi Keagamaan dan Kemanusiaan. Jabatan ini tetap diamanahkan kepadanya sampai Juli 2016. Terhitung mulai tanggal 28 September 2016 beliau diberi amanah sebagai Pengawas YKB Daerah Jambi.

Ibu Nurhayati(Mei-HUT YKB)

Sebagai dosen, papar Dewan Pakar PW Muslimat NU Provinsi Jambi (2016 – 2021) dan Dewan Pakar ICMI Orwil Jambi (2015 – 2020) itu, dirinya terus berupaya menjadi yang terbaik agar dapat menjadi contoh mahasiswa didiknya. Tahun 1997 beliau mendapat beasiswa dari pemerintah Jerman untuk melanjutkan studi Magister di Jerman. Tahun 2000 mendapat beasiswa dari DUE-Project (World Bank Project) untuk kembali melanjutkan S3 ke Jerman. Pada tahun 2008, beliau meraih predikat dosen berprestasi peringkat I di Fakultas Peternakan Universitas Jambi dan Dosen Berprestasi Peringkat I Tingkat Universitas Jambi. Terhitung mulai 1 Agustus 2015, beliau memperoleh gelar Guru Besar Bidang Peternakan. Tahun 2016 menjadi anggota Komisi Guru Besar Universitas Jambi.

Prestasinya di bidang manajerial atau tata kelola, beliau tercatat sebagai Ketua Program Studi pertama di Universitas Jambi dan di Provinsi Jambi yang program studinya mendapat Akreditasi A dari BAN-PT, yaitu Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak pada tahun 2011. Tahun yang sama beliau menjadi Ketua Program Studi (Kaprodi) Berprestasi Peringkat I Tingkat Fakultas Peternakan Universitas Jambi, Kaprodi Berprestasi Peringkat I Tingkat Universitas Jambi dan Kaprodi Berprestasi Peringkat 4 Tingkat Nasional. Tahun 2014 beliau dipilih menjadi anggota Senat Universitas Jambi. Pada 26 Januari 2017 beliau dilantik menjadi Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Prestasinya di bidang karya tulis, pada tahun 2016 beliau memperoleh juara I Lomba Karya Tulis Populer tingkat Provinsi Jambi dalam rangka Hari Kartini sebagai utusan dari Yayasan Kemala Bhayangkari Daerah Jambi.

Gelar profesor, tandasnya, merupakan gelar penghargaan yang diberikan kepada seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan Strata 3 atau Doktor atau menghasilkan karya setara Doktor dan telah melakukan sejumlah kegiatan pendidikan, pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

“Untuk memperoleh gelar profesor tidak ditentukan oleh faktor keuangan keluarga. Hal ini saya alami sendiri. Bapak saya hanya pegawai negeri golongan 1, Ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga, dengan sembilan orang anak. Keuangan hanya pendukung. Faktor utama adalah perhatian seorang Ibu yang mendidik anak-anaknya sesuai tuntunan agama, bersedia saling berbagi, tidak menganggap adik atau kakak atau teman sebagai kompetitor atau pesaing, melainkan saling mendukung. Bapak saya tidak menuntut anaknya menjadi sesuatu yang diinginkan orang tua. Orang tua hanya mengarahkan dan menuntun agar pilihan anak tidak bertentangan dengan hukum agama dan hukum negara,” kisahnya.

Faktor berikutnya adalah individu kita sendiri, yaitu kemauan untuk menjadi lebih baik, belajar dalam setiap kesempatan yang ada, keikhlasan untuk berbagi ilmu pengetahuan, dan keinginan membahagiakan orang tua serta menjadikan ejekan atau hinaan yang ditujukan ke kita sebagai pembangkit semangat atau triggers, bukan sebagai kendala. “Kita membutuhkan orang lain untuk menjadi sukses, tetapi kesuksesan kita tidak tergantung orang lain,” paparnya menjelaskan motto hidupnya.

Metode atau cara belajar, tandasnya, tidak dapat disamakan antara satu orang dengan yang lain dan belajar tidak selalu harus dengan membaca di ruang dan waktu tertentu, membaca dapat di mana saja dan kapan saja. Belajar juga dapat dilakukan dengan mendengarkan dan berdiskusi, berbagi pengalaman dengan rekan juga merupakan proses pembelajaran. Memiliki banyak kawan (jejaring) akan semakin membuka peluang untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian. Pada prinsipnya, keberhasilan setiap proses pembelajaran tergantung pelakunya karena setiap orang memiliki kemampuan, keahlian dan kecerdasan berbeda serta cara yang berbeda dalam belajar. Get your success in the right way and in your own way. I will do it in my way.

Tingkatkan Terus Mutu Lulusan Sekolah YKB

Menjawab pertanyaan kiprah sekolah di bawah naungan YKB, Hj. Nurhayati menyarankan mutu lulusan sekolah YKB agar terus ditingkatkan dengan cara tidak hanya didukung oleh kelengkapan sarana dan prasarana, tetapi harus didukung oleh sumber daya manusia yang menjadi tenaga pendidik dan tenaga konseling. Di samping itu, para pendidik perlu memahami karakter anak didik, mengingat setiap anak didik memiliki latar belakang yang berbeda, kemampuan yang berbeda, cita-cita yang berbeda. Tenaga pendidik harus dapat menjelaskan ke orang tua dari anak didik tentang kemampuan anak mereka, sehingga tidak semua orang tua akan meminta anaknya menjadi seperti yang mereka inginkan.

Khusus untuk TK, usia TK, tandasnya adalah usia bermain, maka metode pembelajaran kepada anak TK adalah bermain sambil belajar, bernyanyi sambil belajar, berinteraksi sambil belajar. Biarkan anak bermain sesuai dengan keinginannya. Guru tidak mengeluarkan kata-kata “jangan” atau yang sifatnya melarang karena akan membuat anak menjadi tidak berani, yang lama kelamaan akan membuatnya menjadi tidak percaya diri. Misalnya ketika seorang anak membuat kesalahan maka guru tidak berkata kamu salah. Tetapi guru akan berkata, ”wah anak bunda hebat ya. Bagaimana jika kita buat begini supaya lebih hebat? (dengan menunjukkan apa yang seharusnya dilakukan).

Menurut Hj. Nurhayati, khusus untuk sekolah YKB Daerah Jambi, metode pembelajaran sudah disesuaikan dengan usia anak, artinya bermain sambil belajar. Lulusan TK Kemala Bhayangkari dapat diterima di sekolah negeri dan sekolah yang berkualitas dan berstandar. Walaupun harus diakui bahwa masih ada anak didik yang ketika tamat TK Kemala Bhayangkari masih harus didampingi dan ditunggui oleh ibunya ketika bersekolah di SD.

Kiprah YKB di bidang pendidikan, terutama pendidikan usia dini (TK dan TB), papar Hj. Nurhayati yang sudah 24 tahun menjadi dosen, sudah merata di seluruh daerah Jambi, hampir semua Polres memiliki TK Kemala Bhayangkari. YKB Daerah Jambi semakin berkembang dengan indikator perkembangan, yaitu keberadaan TK Kemala Bhayangkari di mana baru saja diresmikan TK Kemala Bhayangkari ke-35 pada 9 Maret 2017, kegiatan badan usaha yang semakin meningkat serta kegiatan sosial yang selalu dilakukan setiap tahun. “Ini sangat baik karena usia dini merupakan usia keemasan seorang anak untuk dibentuk dan dididik menjadi generasi keemasan Indonesia,” papar Wakil Direktur LPPOM MUI Provinsi Jambi (2017 – 2022) itu.

Namun untuk pendidikan dasar dan menengah (SD, SMP, SMA, SMK) menurut Hj. Nurhayati belum semua YKB Daerah menawarkan pendidikan ini. Mengingat pemerintah sudah mewajibkan anak-anak Indonesia untuk mengeyam pendidikan sampai sekolah menengah, maka sudah saatnya semua YKB Daerah mempertimbangkan untuk mendirikan SD, SMP dan SMA Kemala Bhayangkari, khususnya SMA untuk mendidik calon-calon anggota Polri sehingga calon anggota polisi Indonesia sudah terdidik dan memiliki kesiapan mental dan ilmu sejak awal untuk menjadi polisi. Untuk pendidikan tinggi, kekurangan tenaga guru dan paramedis di seluruh Indonesia merupakan peluang bagi YKB untuk mendirikan perguruan tinggi kekhususan yang akan mencetak calon guru dan tenaga paramedis, misalnya Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan dan Kesehatan.

Pengurus YKB Ikutkan Pelatihan Pengembangan Diri

Sejalan dengan visi dan misi YKB yaitu membantu kegiatan Bhayangkari di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan dalam mencerdaskan anak bangsa dan kesejahteraan Keluarga Besar Polri khususnya serta masyarakat pada umumnya, Hj. Nurhayati menyarankan agar Pengurus YKB dapat diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan pengembangan diri; bagaimana menggali potensi diri, membaca peluang dan bagaimana pembentukan karakter anak sehingga:

1. Pengurus YKB yang mempunyai tugas utama dan pertama dalam pendidikan anak sehingga terlibat langsung dalam pembentukan karakter anak Indonesia yang akan menjadi generasi penerus. Pendidikan anak serta tumbuh kembang anak atau anak didik harus berada pada orang yang tepat, yang memang berkompeten untuk tugas tersebut.

2. Kemampuan menggali potensi diri akan membuka peluang Pengurus YKB menularkan kepada anggota YKB dan masyarakat sekitarnya bagaimana menggali potensi diri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dari dalam rumah tanpa harus meninggalkan suami dan anak-anak.

3. Dalam melakukan aktivitasnya, baik kegiatan sosial maupun keagamaan tidak hanya terbatas pada anggota YKB atau Dian Kemala, tapi juga masyarakat sekitar di mana YKB berada atau masyarakat pinggiran dan generasi muda khususnya remaja putri sehingga peningkatan kesejahteraan keluarga juga dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Di usia 37 tahun YKB, Ny. Hj. Nurhayati berharap YKB tidak hanya dikenal dan dirasakan keberadaannya oleh pengurus dan anggota, tetapi juga oleh generasi muda, remaja putri dan masyarakat. Mengikutsertakan generasi muda dalam kegiatan sosial dan keagamaan YKB akan meningkatkan citra YKB. Promosi YKB sudah saatnya untuk ditingkatkan. media sosial (Youtube, Instagram, dll) merupakan peluang untuk itu.

Agar kepengurusan YKB berjalan efektif, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni pertama, aspek personel SDM. Kedua, penyusunan program kerja yang efektif dan berhasil guna. Ketiga, dalam hal pengawasan.

Ibu Nurhayati

Dari aspek personel SDM, Hj. Nurhayati menyarankan agar pemilihan pengurus/personel SDM disesuaikan dengan minat dan bidangnya. Perlu pembuatan database atau pendataan minat, bakat, kompetensi calon-calon istri anggota Polri sehingga ketika ada penggantian pengurus, YKB dapat meletakkan personel yang sesuai. Ini penting untuk terus bergeraknya YKB ke arah yang lebih baik. Tidak semua orang suka berorganisasi, tapi banyak orang yang mau menunjukkan eksistensi diri karena mereka punya kompetensi dan kemampuan.

Agar penyusunan program kerja efektif dan berhasil guna, maka perlu dibuat indikator keberhasilan, standar keberhasilan dan target pencapaian yang terukur. Standar keberhasilan dapat berubah sejalan dengan continuous development (Kaizen) yang disusun dan pencapaian yang sudah diperoleh.

Untuk pelaksanaan program kerja yang efektif, menurut Hj. Nurhayati kerja sama tim sangatlah penting. YKB adalah organisasi milik bersama, dilakukan bersama untuk mencapai kesejahteraan bersama. Perbedaan pendapat dalam implementasi program bukanlah suatu persoalan dan sumber perpecahan. Sudut pandang dan kompetensi yang berbeda selalu akan menimbulkan perbedaan, tetapi itu hal yang baik karena akan semakin diketahui kompetensi setiap personel sehingga dapat menghasilkan program kerja baru dengan personel yang tepat.

Adapun untuk pengawasan YKB, menurut Hj. Nurhayati sebaiknya dilakukan oleh pihak luar yang kredibel sehingga tidak ada rasa sungkan untuk menyatakan ketidaksesuaian, misalnya program atau kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan visi misi, penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan, dll. Pengawas selain mengawasi jalannya organisasi juga perlu sewaktu-waktu memberikan arahan dan tukar pengalaman tentang berorganisasi yang sehat (sehat program, sehat keuangan, sehat output dan outcomes yang  dihasilkan) dan tata kelola organisasi yang baik.